Web Conference Vs Video Conference

19.47 / Diposting oleh Adityawarman / komentar (1)

Terdapat cukup banyak variasi teknologi yang dapat membantu user ketika ingin melakukan meeting baik dari kantor ataupun dari tempat di seluruh dunia. Ada dua teknologi yang cukup populer, yakni Web Conference dan Video Conference. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam penggunaannya.

Web Conference mengijinkan user untuk menghadiri meeting ‘virtual’ dari seluruh dunia. Untuk itu, diperlukan koneksi Internet dan software sebagai instalasi jika ada client yang ingin menggunakannya. Sementara Video Conference akan memberikan kemudahan bagi user untuk mendapatkan 2 tipe, yakni audio dan video sehingga user pengguna Video Conference dapat melihat dan berbicara dengan orang lain secara real time. Bahkan untuk sekarang ini, Video Conference dianggap sebagai teknologi masa depan dari videophone, namun dalam skala yang lebih besar.

Video Conference lebih efektif daripada Web Conference karena memiliki kemampuan untuk menampilkan wajah dan body user yang berbicara, dapat melakukan pengamatan mengenai reaksi bahasa tubuh, ekpresi muka dan intonasi suara. Sementara Web Conference masih terbatas pada hal-hal di atas pada fiturnya.

Keduanya memiliki persamaan untuk dapat melakukan percakapan dari mana saja, namun untuk Web Conference lebih menonjolkan personal user dengan desain web sesuai selera user yang bersangkutan. Walaupun hal tersebut benar, tetapi Web Conference juga dapat menyebarkan informasi dan bukan tempat yang tepat untuk sosialisasi user dengan tujuan bisnis.

Untuk Video Conference memiliki standard internasional yang dapat memprmudah komunikasi. Biasanya terdapat satu lokasi standard untuk server Video Conference yang dapat mengambil semua informasi dan kemudian mendistribusikannya ke lokasi conference lainnya. Hal ini akan membuat biaya lebih besar, tergantung dari jumlah koneksinya. Selain itu, masih ditambah dengan adanya camera video atau yang biasa disebut web cam, mikrofon, dan speaker, dan hub server yang terkoneksi dengan PC. Sementara Web Conference hanya meminta koneksi Internet.

Web Conference dapat dijalankan oleh ribuan user, namun jumlah user dalam satu channel terbatas. Sedangkan Video Conference lebih terbatas pada kapasitas servernya. Web Conference lebih fleksibel karena dapat dijalankan di banyak tipe koneksi Internet tetapi Video Conference hanya bisa dijalankan di koneksi Internet broadband (jarak jauh).

Kedua tipe komunikasi diperlukan dalam komunitas bisnis. Perusahaan dapat memilih mana yang lebih tepat digunakan dan yang lebih efisien dalam proses komunikasi. Sebagai contoh, biaya Video Conference yang lebih besar daripada Web Conference menjadi suatu penghalang bila dibandingkan dengan hasilnya yang jauh lebih efisien. Namun, masih banyak perusahaan yang lebih memilih Video Conference daripada Web Conference, mengingat bahwa dengan Web Conference, walaupun ringan di ongkos, tetapi penggunaanya masih kurang efektif.

Potret Kebingungan Investasi IT

19.31 / Diposting oleh Adityawarman / komentar (0)

Banyak top executive bingung, lantaran investasi IT perusahaannya yang
berbujet besar tak memenuhi harapan. Padahal, ketidakpedulian mereka
salah satu pangkal masalahnya. Survei SWA juga menangkap kondisi ini.

Joko Sugiarsono

Belum lama ini, seorang praktisi dan pengamat bisnis teknologi informasi
(TI) kepada SWA menceritakan dua kekonyolan mahal yang kebetulan dilihat
dengan mata kepalanya sendiri. Tentu, kekonyolan yang dimaksud ada
kaitannya dengan bidang yang dia tekuni: dunia TI. Dan, "mahal" dalam pengertian
yang sebenarnya, yakni menghabiskan duit yang tak sedikit (tapi tak jelas
juntrungannya).

Kekonyolan pertama, seperti diceritakannya, seorang konglomerat muka
lama yang belum lama menjadi pemilik mayoritas satu stasiun TV lokal,
membanggakan padanya bahwa stasiunnya baru saja membeli software
aplikasi canggih berikut hardware pendukungnya. Kesemua perangkat itu, kata sang
konglomerat, siap diimplementasi. Namun, begitu ditanya, untuk membantu
proses bisnis apa saja semua perangkat TI tadi, sang konglomerat hanya
mengangkat bahu, dan mengatakan bahwa orang TI-nya datang membawa
gambaran skematis perangkat TI tadi. Konon, cerita sang pengamat, lantaran
setelah dikonfirmasi tidak jelas pemanfaatannya, implementasinya pun ditunda.
Bagaimana kabar perangkat-perangkat berharga US$ jutaan itu? Terpaksa
disimpan saja.

Cerita kekonyolan kedua terkait dengan bersemangatnya beberapa Pemda
Dati II di Kalimantan mengimplementasi e-government. Nah, si pengamat
menceritakan, ada satu Pemda Kabupaten yang sejak beberapa waktu lalu sudah menginstal e-government tergolong lengkap, tapi ternyata tak banyak staf Pemda yang
memanfaatkannya. Alhasil, proses tradisional dalam mengurus kebutuhan
penduduk kembali terulang, dan selama beberapa waktu sistem yang sudah
dibangun dengan investasi miliaran rupiah itu menganggur. Usut punya
usut,ternyata banyak staf Pemda tadi yang masih gatek (gagap teknologi),
termasuk menggunakan PC. Untungnya, sang bupati punya inisiatif cukup pas: mulai
tahun 2003 tak ada pembelian software-hardware baru, karena anggarannya
untuk melatih para staf menggunakan sistem e-gov yang sudah dipasang.

Meski contoh kekonyolan seperti di atas luar biasa, nasib mereka masih
beruntung dibanding e-tailer (peritel online) lokal besar yang terpaksa
tutup di tahun pertama operasionalnya pada 2001, lantaran gagal
merespons pasar. Padahal, sekitar 60% investasi awalnya yang Rp 100-an miliar
dialokasikan untuk membangun infrastruktur yang tangguh, mulai dari
sistem call center, TI korporat (semisal supply chain management) dengan sistem
informasi yang dikatakan real time, hingga gudang seluas ribuan m2 yang
mampu menampung belasan ribu macam barang. Toh, semua itu bukan menjamin
tak ada lagi masalah keterlambatan informasi maupun barang. Yang lebih
parah, setelah mampu menarik ratusan ribu pelanggan di Jabotabek, e-tailer
tersebut malah tak mampu menangani hujan pesanan sekitar 8 ribu order/hari.
Contohnya, kalau ada order berbagai macam barang, sering yang dikirimkan
ternyata berbeda dari yang dipesan.

Potret kebingungan semacam itu ternyata juga terjadi di industri yang
sarat teknologi, dan kini tergolong masih berjaya, misalnya bisnis operator
seluler. Sumber SWA yang mantan konsultan senior top mengungkapkan
betapa bingungnya beberapa operator seluler nasional mencari sistem billing
(penagihan) berbasis TI yang pas, sehingga terpaksa gonta-ganti. Bisa
kita perkirakan, berapa ratus juta bahkan miliar rupiah yang terpaksa
dikorbankan.

Kendati begitu, kalau mau berbesar hati, perusahaan kelas dunia macam
Ford Motor Company yang punya sistem knowledge management (KM) berbasis TI
dengan investasi US$ miliaran, juga tak selalu merasakan manisnya manfaat
sistem ini. Bahkan, pengorbanannya adalah putusnya hubungan bisnis 100 tahun
dengan Firestone, perusahaan yang sebelumnya memasok ban untuknya. Penyebabnya,
kata pihak Ford, produk ban cacat yang dihasilkan Firestone dan dipakai
pada mobil SUV Ford Explorer telah mengakibatkan kecelakaan yang memakan
100-an korban tewas di Amerika Serkat. Semestinya, dengan KM yang terkenal
canggih -- bernama Ford`s Best Practices Replication Process -- dan terbukti
bermanfaat untuk hal-hal lainnya, Ford bisa mendeteksi sejak dini.
Analis menilai kasus mismatch ini terjadi, lantaran antara Ford dan Firestone
tak terjalin komunikasi yang intens, sehingga kecanggihan KM tak banyak
berarti.

Sebenarnya, buah manis TI bisa dinikmati cukup banyak perusahaan.
Nama-nama besar di dunia sudah merasakannya, misalnya Merrill Lynch (ML), Boeing,
Nestle, Visa, Nordea, dan sebagainya (seperti sudah pernah disajikan di
SWA). Ambil contoh ML. Perusahaan sekuritas besar ini hampir kolaps
diterjang broker-broker online yang muncul di penghujung 1990-an,
lantaran para pendatang ini berani memberikan fasilitas quote gratis dan fee
transaksi yang rendah. Alih-alih menjauhi Internet, ML malah membangun
fasilitas online trading -- yang kemudian diintegrasikan ke portal
mlx.com -- dengan fee rendah, plus hasil riset mutakhir. Alhasil, ML berhasil
menarik para pelanggan lamanya, memulihkan harga sahamnya dan melibas
banyak pesaing barunya tadi.

Contoh lainnya Nordea, yang kini dikenal sebagai maharaja e-banking
sejagat. Dengan investasi hanya US$ 18 juta untuk divisi e-banking-nya, Nordea
mampu menghimpun transaksi e-banking bulanan hingga 7 juta transaksi, atau 14
kali yang dicapai Internet bank murni Egg, pesaingnya dari Inggris. Padahal,
untuk membesarkan Egg, butuh investasi hingga US$ 650 juta.

Sumber : Swa

How do search engines work?

19.29 / Diposting oleh Adityawarman / komentar (0)

The term "search engine" is often used generically to describe both
crawler-based search engines and human-powered directories. These two types of
search engines gather their listings in radically different ways.

Crawler-Based Search Engines
Crawler-based search engines, such as Google, create their listings
automatically. They "crawl" or "spider" the web, then people search through what
they have found.

If you change your web pages, crawler-based search engines eventually find
these changes, and that can affect how you are listed. Page titles, body copy
and other elements all play a role.

Human-Powered Directories
A human-powered directory, such as the Open Directory, depends on humans for
its listings. You submit a short description to the directory for your entire
site, or editors write one for sites they review. A search looks for matches
only in the descriptions submitted.

Changing your web pages has no effect on your listing. Things that are
useful for improving a listing with a search engine have nothing to do with
improving a listing in a directory. The only exception is that a good site, with
good content, might be more likely to get reviewed for free than a poor site.

"Hybrid Search Engines" Or Mixed Results
In the web's early days, it used to be that a search engine either presented
crawler-based results or human-powered listings. Today, it extremely common for
both types of results to be presented. Usually, a hybrid search engine will
favor one type of listings over another. For example, MSN Search is more likely
to present human-powered listings from LookSmart. However, it does also present
crawler-based results (as provided by Inktomi), especially for more obscure
queries.

The Parts Of A Crawler-Based Search Engine
Crawler-based search engines have three major elements. First is the spider,
also called the crawler. The spider visits a web page, reads it, and then
follows links to other pages within the site. This is what it means when someone
refers to a site being "spidered" or "crawled." The spider returns to the site
on a regular basis, such as every month or two, to look for changes.

Everything the spider finds goes into the second part of the search engine,
the index. The index, sometimes called the catalog, is like a giant book
containing a copy of every web page that the spider finds. If a web page
changes, then this book is updated with new information.

Sometimes it can take a while for new pages or changes that the spider finds
to be added to the index. Thus, a web page may have been "spidered" but not yet
"indexed." Until it is indexed -- added to the index -- it is not available to
those searching with the search engine.

Search engine software is the third part of a search engine. This is the
program that sifts through the millions of pages recorded in the index to find
matches to a search and rank them in order of what it believes is most relevant.
You can learn more about how search engine software ranks web pages on the
aptly-named How Search Engines Rank Web Pages page.

Major Search Engines: The Same, But Different
All crawler-based search engines have the basic parts described above, but
there are differences in how these parts are tuned. That is why the same search
on different search engines often produces different results. Some of the
significant differences between the major crawler-based search engines are
summarized on the Search Engine Features Page. Information on this page has been
drawn from the help pages of each search engine, along with knowledge gained
from articles, reviews, books, independent research, tips from others and
additional information received directly from the various search engines.

Search Engines vs. Directories

Search Engines: Search engines create listings automatically by crawling a
URL, (unified resource locator), and compiling information about that web site
into a database. When "searching" one of these databases, results are presented
giving emphasis on certain criteria. The methodology of this search and delivery
is known as an algorithm.

If you change one of your web pages, search engines eventually find those
changes, which can affect how you are listed.

Directories: Directories such as Yahoo!, are maintained by humans who review
inclusion requests of URLs. The human editors then divide these web sites into
categories accordingly.

You submit a short description to the directory for your entire site, or
editors write one for sites they review. A search looks for matches only in the
descriptions submitted.

How Search Engines Rank Web Pages

Search for anything using your favorite crawler-based search engine. Nearly
instantly, the search engine will sort through the millions of pages it knows
about and present you with ones that match your topic. The matches will even be
ranked, so that the most relevant ones come first.

Of course, the search engines don't always get it right. Non-relevant pages
make it through, and sometimes it may take a little more digging to find what
you are looking for. But, by and large, search engines do an amazing job.

As WebCrawler founder Brian Pinkerton puts it, "Imagine walking up to a
librarian and saying, 'travel.' They¢re going to look at you with a blank face."

OK -- a librarian's not really going to stare at you with a vacant
expression. Instead, they're going to ask you questions to better understand
what you are looking for.

Unfortunately, search engines don't have the ability to ask a few questions
to focus your search, as a librarian can. They also can't rely on judgment and
past experience to rank web pages, in the way humans can.

So, how do crawler-based search engines go about determining relevancy, when
confronted with hundreds of millions of web pages to sort through? They follow a
set of rules, known as an algorithm. Exactly how a particular search engine's
algorithm works is a closely-kept trade secret. However, all major search
engines follow the general rules below.

Location, Location, Location...and Frequency

One of the the main rules in a ranking algorithm involves the location and
frequency of keywords on a web page. Call it the location/frequency method, for
short.

Remember the librarian mentioned above? They need to find books to match
your request of "travel," so it makes sense that they first look at books with
travel in the title. Search engines operate the same way. Pages with the search
terms appearing in the HTML title tag are often assumed to be more relevant than
others to the topic.

Search engines will also check to see if the search keywords appear near the
top of a web page, such as in the headline or in the first few paragraphs of
text. They assume that any page relevant to the topic will mention those words
right from the beginning.

Frequency is the other major factor in how search engines determine
relevancy. A search engine will analyze how often keywords appear in relation to
other words in a web page. Those with a higher frequency are often deemed more
relevant than other web pages.

Spice In The Recipe

Now it's time to qualify the location/frequency method described above. All
the major search engines follow it to some degree, in the same way cooks may
follow a standard chili recipe. But cooks like to add their own secret
ingredients. In the same way, search engines add spice to the location/frequency
method. Nobody does it exactly the same, which is one reason why the same search
on different search engines produces different results.

To begin with, some search engines index more web pages than others. Some
search engines also index web pages more often than others. The result is that
no search engine has the exact same collection of web pages to search through.
That naturally produces differences, when comparing their results.

Search engines may also penalize pages or exclude them from the index, if
they detect search engine "spamming." An example is when a word is repeated
hundreds of times on a page, to increase the frequency and propel the page
higher in the listings. Search engines watch for common spamming methods in a
variety of ways, including following up on complaints from their users.

Off The Page Factors

Crawler-based search engines have plenty of experience now with webmasters
who constantly rewrite their web pages in an attempt to gain better rankings.
Some sophisticated webmasters may even go to great lengths to "reverse engineer"
the location/frequency systems used by a particular search engine. Because of
this, all major search engines now also make use of "off the page" ranking
criteria.

Off the page factors are those that a webmasters cannot easily influence.
Chief among these is link analysis. By analyzing how pages link to each other, a
search engine can both determine what a page is about and whether that page is
deemed to be "important" and thus deserving of a ranking boost. In addition,
sophisticated techniques are used to screen out attempts by webmasters to build
"artificial" links designed to boost their rankings.

Another off the page factor is clickthrough measurement. In short, this
means that a search engine may watch what results someone selects for a
particular search, then eventually drop high-ranking pages that aren't
attracting clicks, while promoting lower-ranking pages that do pull in visitors.
As with link analysis, systems are used to compensate for artificial links
generated by eager webmasters.

Referenced By Danny Sullivan, Internet Consultant & Editor for
SearchEngineWatch.com

source:http://www.submitawebsite.com/blog/how-does-search-work.html

Jenis Lisensi Software Microsoft

19.26 / Diposting oleh Adityawarman / komentar (0)

Temen temen biasanya sering bingung kan...ama yang namanya lisensi windows vista or xp...semoga artikel berikut bisa memberi pencerahan...

FPP = Full Product Package, satu box berisi CD install Ms. Windows (mungkin
juga dilengkapi dengan buku manual), kemasan ber-hologram dan ada
seri-nomornya. Boleh secara bergantian (hanya sah dipakai pada satu
PC/Notebook) diinstalkan kepada komputer lain (dengan catatan instalan Ms.
Windows di komputer sebelumnya dihapus), tidak melekat pada satu komputer
tertentu, tidak melekat kepada pribadi pemilik atau organisasi pemiliknya,
dapat dijual kembali kepada orang lain. Harga paling mahal.

OEM = Original Equipment Manufacturer, biasanya dijual bersama komputer
baru, dan semestinya hanya dijual kepada toko perakit komputer (tidak
langsung kepada pembeli), kemudian perakit menjualnya bersama dengan
komputernya (bundle komputer dan OS). Toko / perakit komputer bisa
menambahkan Logo atau kata promosi lain pada halaman My Computer =>
Properties karena ada bawaan software untuk menambahkan logo tersebut.
Licensi ini melekat pada komputer, artinya kalau komputernya rusak (terutama
motherboardnya) sehingga harus ganti motherboard atau komputer maka lisensi
menjadi hangus dan tidak berlaku / tidak sah untuk diinstalkan pada komputer
yang kedua. (Biasanya tidak bisa diregistrasikan online bila diinstal pada
komputer lain). Harga lisensi ini biasanya paling murah.

OLP = Open License Package, biasanya hanya berupa selembar kertas licensi
(ukuran A4) untuk suatu perusahaan atau organisasi yang membeli beberapa
unit software (mis. 5 unit Ms. Windows untuk 5 PC, plus 5 unit Ms. Office
untuk 5 PC), sehingga sebuah perusahaan hanya perlu se lembar licensi untuk
semua produk software yang dipakai (dengan dicantumkan jumlah unit PC untuk
setiap judul software). Kemudian pembeli bisa membeli hanya satu Media CD
(CD untuk Install) untuk diinstalkan pada beberapa PC sesuai dengan jumlah
unit PC yang tercantum dalam kertas lisensi tersebut. License software
tersebut melekat pada nama perusahaan (apabila dipindah-tangankan bisa lapor
ke Microsoft untuk diubah nama organisasinya). Keuntungannya kalau suatu PC
rusak bisa diinstalkan pada PC penggantinya, atau pun jika tidak rusak,
license boleh dipindahkan ke PC lain selama jumlah total PC yang terinstal
tidak melebihi jumlah unit yang tercantum pada license. Harga hampir sama
dengan OEM tapi kadang lebih mahal daripada OEM karena OLP lebih fleksibel.
Pada OLP tidak tersedia license Windows melainkan yang ada adalah Windows
upgrade (beli dulu minimal Windows Starter Pack OEM kemudian diupgrade
dengan Windows Business / Professional Upgrade OLP).


OLV = Open License Value Pack, mirip OLP, biasanya untuk suatu perusahaan
yang mengangsur licensinya selama 2 atau 3 tahun, sebelum angsuran lunas
dianggap sewa pakai dan kalau sudah lunas menjadi milik perusahaan.

Enterprise Agreement = license berupa kertas untuk perusahaan besar,
persyaratan biasanya minimal 200 unit atau lebih (mis. 100 unit Windows dan
100 unit Office dihitung menjadi 200 unit).

Untuk OLP, OLV dan Enterprise Agreement tersedia harga khusus untuk lembaga
pendidikan (Academic Edition) dan sosial (yang berizin = Charity Edition).

School Agreement = license untuk sekolah SMA ke bawah, bersifat langganan
tahunan (annual subscription). Boleh dipakai oleh lembaga, guru dan siswa
selama di sekolah. Ada rumus untuk menghitung jumlah unitnya yang dilakukan
authorized reseller setelah disurvey atau pihak sekolah mengisi questionair.

Campus Agreement = license untuk perguruan tinggi, bersifat langganan
tahunan (annual subscription). Boleh dipakai oleh lembaga, dosen dan
mahasiswa selama di kampus. Ada rumus untuk menghitung jumlah unitnya yang
dilakukan authorized reseller setelah disurvey atau pihak sekolah mengisi
questionair.

Untuk School dan Campus Agreement tersedia Work-At-Home option untuk
Siswa/Mahasiswa maupun Guru/Dosen. Untuk Siswa / Mahasiswa bisa diconvert
menjadi license permanent setelah dia meninggalkan sekolah / kampus dengan
tambahan sedikit biaya yang dibayar oleh siswa / mahasiswa tersebut.

Sekarang juga ada software sewa pra bayar yang berupa license perdana dan
voucher isi ulang, biasanya untuk komputer yang disewakan oleh toko kepada
suatu perusahaan yang mengerjakan proyek jangka pendek.



Semoga berguna.

Tips Praktis Merawat Notebook

17.52 / Diposting oleh Adityawarman / komentar (2)

MERAWAT PRODUK DENGAN TINGKAT KECANGGIHAN TINGGI SEPERTI NOTEBOOK TENTUNYA MEMBUTUHKAN KEDISPLINAN.

Jika langkah perawatan dilakukan dengan tepat, notebook kita akan bertahan lama dan tampak berkilat. Sebaliknya, jika notebook atau laptop diperlakukan seenaknya, daya tahannya tentu berlansung sekejap saja.
Karena itu, perawatan dan pemeliharaan notebook harus menjadi perhatian utama pengguna, khususnya jika notebook atau laptop itu sering dibawa melanglang buana. Nah, apakah Anda ingin menjaga notebook Anda agar kinerjanya tetap optimal dan selalu tampak "kinclong"? Beberapa langkah praktis dibawah ini barangkali bisa Anda coba untuk merawat notebook Anda.

1. Merawat casing notebook
Casing merupakan bagian notebook yang berhubungan secara langsung dengan dunia luar (debu, uap air, dan suhu). Karena itu, secara teratur, bersihkan casing notebook Anda dengan menggunakan kain lembut yang dibasahi sedikit deterjen. Sebaiknya, gunakan deterjen yang tidak mengandung zat alkalin. Akan lebih baik lagi jika Anda menggunakan lap khusus yang bisa didapat di toko-toko komputer.
Juga, agar casing tampak selalu baru, hindari menggores casing dengan benda tajam atau menuangkan cairan seperti lem ke atasnya. Jika Anada hendak bepergian, masukkanlah selalu notebook Anda pada wadah/ tas yang telah disediakan.

2. Merawat Layar
Kebanyakan notebook menggunakan layar LCD (Liquid crystal display) atau layar kristal cair. Sperti tercermin dalam namanya, LCD dibentuk oleh cairan kristal untuk menghasilkan gambar. Karena tipis atau rapuh jagalah agar layar tidak terkena benda-benda tajam khususnya yang bisa menimbulkan lubang atau goresan. Jika harus menunjuk sesuatu pada layar denga jari atau pulpen, jagalah agar pulpen atau jari kita tidak mengenai layar atau menekannya terlalu keras. Untuk membersihkan layar, gunakan kain lembut yang kering. Ingatlah untuk tidak menekan layar terlalu keras saat membersihkan layar. Bersihkan layar dari satu arah, misalnya dari atas ke bawah atau dari kiri ke kanan.

3. Merawat batere
a. Saat mulai mengisi batere, jangan gunakan batere sebelum terisi penuh. Jika Anda menggunakan batere baru yang akan diisi pertama kali, batere itu mungkin tidak terisi sepenuhnya karena karakteristik bahan kimia di dalamnya. Untuk mendapatkan kinerja yang optimal, seluruh sel batere tersebut harus diaktifkan. Caranya adalah dengan mengisi dan mengosongkan sepenuhnya batere notebook Anda sebanyak tiga kali berturut-turut. Hal ini juga berlaku untuk batere yang lama tersimpan atau tidak terpakai selama beerapa bulan.
b. Jika Anda menggunakan betere Nikel Metal Hydrida (Ni-MH), cobalah untuk mengosongkan batere Anda sepenuhnya setiap beberapa waktu (minggu/bulan) sekali. Pengosongan total ini ditandai modus hibernasi atau indikator batere menunnjukkan tingkat 0%. Pada situasi ini, Anda bisa mencolokkan adapter notebook Anda dan mengisi batere sampai indikator menunjukkan tingkat 100%.
c. Jika berencana menyimpan notebook Anda dalam jangka waktu lama, lepaskan batere dari notebook dan simpan dalam tempat yang sejuk dan kering. Tempat yang bisa dipakai untuk menyimpan batere ini misalnya ruang berpendingin udara atau ruang dengan sirkulasi udara yang cukup baik.

4. Merawat notebook secara umum
Notebook tersusun dari aneka komponen elektronik yang kinerjanya dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang terlalu ekstrim (misalnya terlalu panas atau terlalu dingin) bisa mengganggu kinerja atau bahkan merusak notebook. Karena itu, jangan meninggalkan notebook Anda dalam mobil yang diparkir di bawah sinar matahari. Panas yang berlebihan dalam mobil bisa merusak komponen-komponen dalam notebook.
Selain itu, untuk melindungi data yang ada di dalam harddisk, jangan letakkan aneka perangkat yang mengandung atau menghasilkan medan magnet/elektromagnet kuat di sekitar notebook Anda, Perangkat-perangkat penghasil medan magnet ini misalnya speaker yang tidak berpelindung (unshielded speaker system) atau telepon selular. Sekiranya Anda ingin mengakses Internet menggunakan fasilitas infrared pada ponsel, letakkan ponsel dalam jarak sekitar 15 cm dari notebook Anda.
Hal lain yang tidak kalah pentinnya adalah pertimbangan untuk tidak mematikan notebook saat lampu indikator harddisk masih berkedip-kedip. Jika lampu masih berkedip-kedip semacam ini, artinya harddisk Anda sedang melakukan aktivitas. Hilangnya daya secara tiba-tiba (misalnya saat notebook dimatikan) bisa mengakibatkan kerusakan data atau gangguan apda kinerja harddisk. Pastikan bahwa lampu indikator harddisk telah mati dan harddisk Anda telah berhenti beraktivitas sebelum Anda mematikan notebook. Dan jika Anda hendak memindahkan atau memasukkan notebook ke dalam tas, pastikan bahwa notebook Anda sudah dimatikan.
Jika dirawat dengan seksama, kinerja notebook bisa tetap tinggi setelah bertahun-tahun. Ingatlah bahwa jika notebook kita tetap berjalan sempuna setelah sekian lama, kita sendirilah yang akan merasakan manfaatnya.

Tips merawat Batere Laptop

17.50 / Diposting oleh Adityawarman / komentar (0)





Laptop kerap menjadi piranti pilihan banyak orang dalam kegiatan sehari-hari terutama bagi mereka yang lebih sering bekerja secara mobile.

Baterai laptop merupakan salah satu komponen penting yang harus diperhatikan penggunaannya. Banyak pengguna laptop mengaku baterainya drop dan tidak tahan lama padahal umur laptopnya baru seumur jagung.

Bagaimana memperlakukan baterai agar lebih awet dan bisa dipakai lebih lama? Simak beberapa tips yang diramu detikINET berikut ini.

Atur power baterai

Di Windows ada fitur yang namanya power options. Melalui fitur ini Anda bisa mengatur konsumsi daya laptop. Caranya sangat mudah. Klik tombol Start, lalu buka Control Panel dan kemudian double klik icon Power Options. Akan muncul sebuah kotak dialog dengan nama Power Option Properties. Lalu pilih tab Power Schemes. Pada menu drop down akan terdapat enam pilihan yaitu Home/Office Desk, Portable/Laptop, Presentation, Always On, Minimal Power Management dan Max Battery.

Coba klik salah satu dari enam pilihan tersebut. Setting-an turn of monitor, hard disk, System standby ataupun System hibernates akan berbeda-beda waktunya, tergantung dari opsi yang Anda pilih.

Jika ingin baterai lebih awet, Anda disarankan memilih 'Max Battery'. Pilihan ini akan menghemat penggunaan daya baterai karena hanya membutuhkan kecepatan prosesor minimal semisal untuk membaca dokumen atau mengecek e-mail. Max Battery akan mempengaruhi kecepatan laptop dalam arti performa laptop akan menurun.


Jangan biarkan ada perangkat tertancap di laptop jika tidak dipakai

Seringkali pengguna laptop membiarkan ada perangkat tertancap di laptop -- entah itu kabel kamera digital, USB memory stick, PC Card -- padahal perangkat tersebut sudah tidak digunakan lagi. Pastikan alat tersebut dicabut dari laptop jika sedang tidak digunakan karena akan menguras power baterai.


Perhatikan penggunaan dan pengecasan baterai

Jangan tanggung-tanggung mengecas baterai. Caslah hingga penuh 100 persen. Jika baterai sudah hampir habis, caslah baterai kembali hingga penuh namun jangan sampai menunggu baterai benar-benar kosong. Ini akan membuat kapasitas baterai bekerja dengan baik.

Yang perlu diperhatikan lagi, lepaskan baterai dari laptop jika Anda tidak menggunakan laptop dalam waktu yang lama. Akan lebih baik jika laptop ditancapkan langsung ke adaptor jika memang Anda akan bekerja dalam waktu yang cukup lama.


Kurangi brightness


Webuser.co.uk melansir bahwa LCD akan memakan daya baterai. Oleh karena itu Anda disarankan untuk mengurangi brightness laptop seminimal mungkin namun tetap nyaman dipandang mata.

Gunakan screen savers 'Blank'

Screen saver ternyata bisa menguras baterai. Karena itu gunakan screen saver 'Blank'. Caranya, klik kanan pada Desktop lalu pilih Properties. Akan muncul kotak dialog Display Properties, lalu pilih tab Screen Saver. Pada menu drop down terdapat banyak pilihan Screen saver, diantaranya 3D FlowerBox, 3D Flying Objects, 3D Text, Blank, Marquee dan sebagainya. Anda disarankan untuk memilih 'Blank' dan atur waktu menunggunya (Wait time) hingga 2 menit lalu klik OK. Langkah ini akan membuat baterai lebih hemat.


Kurangi resolusi

Cara lain untuk membuat baterai lebih awet adalah dengan mengurangi resolusi layar dan jumlah warna yang digunakan di laptop. Untuk menguranginya, Anda bisa klik kanan pada Windows Desktop lalu pilih Properties. Pada kotak dialog Display Properties pilih tab Settings. Lalu atur resolusinya dengan cara menarik slider-nya ke kiri untuk mengurangi resolusi. Kemudian pada menu drop down pilih kualitas warna (color quality) yang lebih rendah, lalu klik OK.


Matikan Wi-Fi

Wi-Fi yang aktif tentu saja ikut memakan konsumsi baterai. Jika tidak berniat memanfaatkan akses nirkabel atau ber-Internet, pastikan Wi-Fi dalam keadaan mati sehingga baterai lebih awet

Label: